BAB
III
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Bulan Oktober 1941, Jenderal Hideki Tojo
menggantikan Konoe sebagai Perdana Menteri Jepang. Sebenarnya, sampai akhir
tahun 1940, pimpinan militer Jepang tidak menghendaki melawan beberapa negara
sekaligus, namun sejak pertengahan tahun 1941 mereka melihat, bahwa Amerika
Serikat, Inggris dan Belanda harus dihadapi sekaligus, apabila mereka ingin
menguasai sumber daya alam di Asia Tenggara. Apalagi setelah Amerika
melancarkan embargo minyak bumi, yang sangat mereka butuhkan, baik untuk
industri di Jepang, maupun untuk keperluan perang. Karena Jepang tahu bahwa
Asia Tenggara kaya akan sumber daya alamnya terutama Indonesia, maka Jepang
berencana untuk menguasai sumber daya alam di Indonesia hingga masuk kepelosok
pulau Jawa.
1.2
Rumusan
masalah
1. Apa latar belakang bangsa Jepang
mendarat di Pulau Jawa ?
2. Bagaimana cara bangsa Jepang menguasai
sumber daya alam di Pulau Jawa ?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Kedatangan Jepang Ke Indonesia
Pendudukan
Jepang di Indonesia merupakan bagian dari rangkaian imperialisme modernnya di
Asia Tenggara.[1]
Politik imperialisme ini mulai dilaksanakan Jepang sejak awal abad XX. Salah
satu faktor penting yang mempengaruhi imperialisme Jepang adalah adanya
kemajuan di bidang industri. Dengan majunya bidang industri ini, Jepang
membutuhkan daerah pemasaran baru dan persediaan bahan mentah dalam jumlah
banyak.[2] Sementara itu,
Indonesia adalah negara yang luas dan memiliki kekayaan alam dan jumlah manusia
yang melimpah. Dengan demikian, tidak salah jika Indonesia adalah salah satu
negara sasaran imperialisme Jepang.
Imperialisme
Jepang juga didorong oleh ajaran Shintoisme tentang Hakko-ichiu, yaitu
ajaran tentang kesatuan keluarga umat manusia. Sebagai negara yang telah maju, Jepang
berkewajiban memajukan dan mempersatukan bangsa-bangsa di dunia. Langkah nyata
yang diambil untuk mewujudkan ajaran tersebut adalah dengan membentuk
lingkungan kemakmuran bersama di kawasan Asia Timur Raya.
Bulan Oktober 1941, Jenderal Hideki Tojo menggantikan Konoe sebagai
Perdana Menteri Jepang. Sebenarnya, sampai akhir tahun 1940, pimpinan militer
Jepang tidak menghendaki melawan beberapa negara sekaligus, namun sejak
pertengahan tahun 1941 mereka melihat, bahwa Amerika Serikat, Inggris dan
Belanda harus dihadapi sekaligus, apabila mereka ingin menguasai sumber daya
alam di Asia Tenggara. Apalagi setelah Amerika melancarkan embargo minyak bumi,
yang sangat mereka butuhkan, baik untuk industri di Jepang, maupun untuk
keperluan perang.
Terjadinya perang pasifik sangat berpengaruh besar terhadap gerakan
kemerdekaan negara-negara di Asia Timur, termasuk Indonesia. Tujuan Jepang
menyerang dan menduduki Hindia-Belanda adalah untuk menguasai sumber-sumber
alam, terutama minyak bumi, guna mendukung potensi perang Jepang serta
mendukung industrinya. Jawa dirancang sebagai pusat penyediaan bagi seluruh
operasi militer di Asia Tenggara, dan Sumatera sebagai sumber minyak utama.
Jepang menguasai
Indonesia diawali dari:
Ø
Menduduki Tarakan (10 Januari 1942) kemudian Minahasa, Sulawesi, Balik Papan,
dan Ambon.
Ø
Pada februari 1942 menduduki Pontianak, Makasar, Banjarmasin, Palembang, dan
Bali. Bagi Jepang Palembang merupakan tempat yang strategis hal ini dikarenakan
letak Palembang diantara Batavia sebagai pusat kekuasaan Belanda dan Singgapura
yang merupakan pusat kedudukan Inggris.
Ø
Di daerah Jawa Jepang pertama mendarat di Banten kemudian ke Indramayu, Kragan
(Rembang dan Tuban).
Ø
Pada 5 Maret 1942 Jepang menyerang Batavia
Ø
8 Maret 1942 Jepang menyerang Bandung dan berhasil mendudukinya setelah Belanda
menyerah kepada Panglima Jepang, Imamura.
Ø
Sehingga sejak 9 Maret 1942 Indonesia menjadi daerah kekuasaan Jepang
Pada tanggal 1 Maret 1942, sebelum matahari terbit, Jepang mulai mendarat di tiga tempat di Pulau Jawa, yaitu di Banten, Indramayu, dan Rembang, masing-masing dengan kekuatan lebih kurang satu divisi. Pada awalnya, misi utama pendaratan Jepang adalah mencari bahan-bahan keperluan perang. Pendaratan ini nyatanya disambut dengan antusias oleh rakyat Indonesia.
Kedatangan Jepang memberi harapan baru bagi rakyat Indonesia yang saat itu telah menaruh kebencian terhadap pihak Belanda. Tidak adanya dukungan terhadap perang gerilya yang dilakukan oleh Belanda dalam mempertahankan Pulau Jawa ikut memudahkan pendaratan tentara Jepang.
Melalui Indramayu, dengan cepat Jepang berhasil merebut pangkalan udara Kalijati untuk dipersiapkan sebagai pangkaan pesawat. Hingga akhirnya tanggal 9 Maret tahun Showa 17, upacara serah terima kekuasaan dilakukan antara tentara Jepang dan Belanda di Kalijati.
Pada tanggal 1 Maret 1942, sebelum matahari terbit, Jepang mulai mendarat di tiga tempat di Pulau Jawa, yaitu di Banten, Indramayu, dan Rembang, masing-masing dengan kekuatan lebih kurang satu divisi. Pada awalnya, misi utama pendaratan Jepang adalah mencari bahan-bahan keperluan perang. Pendaratan ini nyatanya disambut dengan antusias oleh rakyat Indonesia.
Kedatangan Jepang memberi harapan baru bagi rakyat Indonesia yang saat itu telah menaruh kebencian terhadap pihak Belanda. Tidak adanya dukungan terhadap perang gerilya yang dilakukan oleh Belanda dalam mempertahankan Pulau Jawa ikut memudahkan pendaratan tentara Jepang.
Melalui Indramayu, dengan cepat Jepang berhasil merebut pangkalan udara Kalijati untuk dipersiapkan sebagai pangkaan pesawat. Hingga akhirnya tanggal 9 Maret tahun Showa 17, upacara serah terima kekuasaan dilakukan antara tentara Jepang dan Belanda di Kalijati.
Sikap Jepang pada awal kedatangannya semakin menarik simpati rakyat Indonesia. Dan kemenangan Jepang atas perang Pasifik digembor-gemborkan sebagai kemenangan bersama, yaitu kemenangan bangsa Asia. Saat tentara Jepang hendak mendarat di Indonesia, Pemerintah Jepang mengeluarkan slogan-slogan : "India untuk orang India, Birma untuk orang Birma, Siam untuk orang Siam, Indonesia untuk orang Indonesia."
Jepang juga memberikan janji kemerdekaan "Indonesia shorai dokuritsu", dan membiarkan bendera Indonesia dikibarkan. Bahkan sebelum Jepang mendarat di Pulau Jawa, siaran Tokyo sering menyiarkan lagu kebangsaan Indonesia. Tindakan lain yang dilakukan oleh Jepang adalah melakukan pelarangan terhadap penggunaan bahasa Belanda. Sejak itulah bahasa Indonesia ikut berkembang dengan pesat. Keadaan sebelum kedatangan Jepang juga dikisahkan sebagai berikut
2.2 Penjajahan
Jepang ke Indonesia
Pendudukan bangsa Jepang di Indonesia
berlangsung secara bertahap dari daerah luar pulau Jawa. Daerah yang pertama
kali diduduki oleh Jepang adalah Tarakan Kalimantan Timur pada tanggal 11
Januari 1942. Keesokan harinya daerah ini berhasil dikuasai. Pendudukan Jepang
terus melebar ke daerah Kalimantan lainnya. Setelah semua wilayah Kalimantan
berhasil dikuasai, pasukan militer Jepang bergerak ke pulau Sumatera.
Salah satu
daerah di Sumatra yang sangat berarti bagi Jepang adalah Palembang. Dengan
dikuasainya Palembang maka gerak mundur pasukan Sekutu di Sumatra ke Jawa dapat
ditutup dan kemungkinan masuknya bantuan untuk Sekutu dari daerah Jawa dapat
dicegah.[3]
Penyerbuan tentara militer Jepang ke Palembang dimulai tanggal 12
Februari 1942 dan berhasil dikuasai tanggal 16 Februari 1942. Sementara itu,
daerah-daerah lain di Sumatera baru dapat dikuasai pada minggu kedua bulan
Maret 1942. Aceh dan Sumatra Timur berhasil diduduki Jepang pada tanggal 11
Maret 1942 dan Sumatra Barat tanggal 17 Maret 1942.
Tentara Jepang yang dikenal dengan
Bala Tentara Nippon adalah sebutan resmi pemerintah militer pada masa
pemerintahan Jepang. Sejak tanggal 7 Maret 1942, tentara Jepang memegang
kekuasaan militer dan segala kekuasaannya yang dipegang Gubernur Jendral masa
Belanda. Kekuasaan atas wilayah Indonesia dipegang oleh 2 angkatan perang,
yaitu:
1.
Angkatan Darat (Rikugun)
2.
Angkatan Laut (Kaigun)
Dengan
kekuasaan masing-masing, yaitu:
- Jawa dan Madura dengan pusatnya di Batavia di bawah kekuasaan Rikugun
- Sumatera dan Semenanjung Melayu dengan pusatnya di Singapura berada di bawah kekuasaan Rikugun
- Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Irian berada di bawah kekuasaan Kaigun.
Untuk menarik perhatian rakyat
Indonesia maka Jepang membentuk organisasi-organisasi militer sebagai pengganti
oraganisasi pergerakan yang ada di Indonesia. Organisasi tersebut diantaranya:
- GERAKAN TIGA A
Mempunyai semboyan : Nippon Pelindung Asia, Nippon Cahaya
Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Dipimpin oleh Syamsuddin SH. Tahun 1943,
dibubarkan karena tidak mendapat simpati dari rakyat dan diganti Putera.
- PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat)
Putera dibentuk tahun 1943 dipimpin oleh empat serangkai
yaitu Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas Mansyur.
Tujuan dibentuk Putera yaitu untuk membantu Jepang dalam setiap perang yang
dilakukannya. Tetapi Oraganisasi Putera merupakan bumerang bagi Jepang sebab
anggota Putera memiliki nasionalisme yang tinggi.
2.
PETA(Pembela Tanah Air)
Peta merupakan organisasi bentukan jepang yang terdiri dari
pemuda Indonesia. Organisasi ini disebut pula Giyugun. Mereka mendapat
latihan militer dari Jepang. Tujuannya untuk memenuhi kepentingan peperangan
Jepang di Lautan Pasifik. Ternyata perkembangan Peta sangat membantu Indonesia
dalam meraih kemerdekaan melalui perjuangan fisik.
Jenderal Sudirman dan A.H Nasution bpernah sebagai pemimpin
PETA.
1944, dibubarkan karena terlalu bersifat nasional dan
dianggap membahagiakan.
Selain itu terdapat pula organisasi bentukan Jepang yang
lain, seperti: Jawa Hokokai, Cuo Sangi In, Keibondan
(Barisan Pembantu Polisi), Seinendan(Barisan Pemuda), dsb.
2.3 Kedatangan
Jepang ke Pulau Jawa
Setelah seluruh pulau
Sumatera
dikuasai, terutama
Palembang maka terbukalah pulau Jawa bagi tentara militer Jepang. Kekuatan
khusus militer Jepang untuk merebut pulau Jawa berada di bawah komando Tentara
XVI dengan pimpinan Letjend Hitoshi Imamura. Pada tanggal 1 Maret 1942, pasukan
tersebut berhasil mendarat di tiga tempat sekaligus yaitu di teluk Banten, di
Eretan Wetan dan di Kragan. Setelah pendaratan di tiga tempat tersebut, Jepang
segera meluaskan peyerangan ke daerah Batavia dan berhasil menaklukkannya
sebagai kota terbuka yang berarti kota itu tidak akan dipertahankan oleh pihak
belanda yang terjadi pada tanggal 5 Maret 1942. Segera
setelah jatuhnya kota Batavia ke tangan mereka, tentara ekspedisi Jepang
langsung bergerak ke selatan dan berhasil menduduki Buitenzorg (Bogor).
Pada tanggal yang sama, tentara Jepang bergerak dari Kalijati untuk
menyerbu Bandung dari arah utara. Mula-mula digempurnya pertahanan di Ciater,
sehingga tentara Hindia Belanda mundur ke Lembang dan menjadikan kota tersebut
sebagai pertahanan terakhir.
Pada tanggal 5
Maret 1942
juga, penyerbuan
Jepang mulai meluas ke pelosok daerah di Jawa termasuk juga Surakarta.
Penyerangan Jepang ke Surakarta dipimpin oleh komandan Funabiki. Kedatangan
pasukan musuh tersebut dihadang oleh dua kompi pasukan KNIL, satu peleton
kavaleri, dua batalyon legiun Mangkunegaran dan beberapa pasukan milisi.
Gabungan pasukan penghadang tersebut masih dapat dikalahkan pasukan Jepang
sehingga dalam waktu tidak terlalu lama kota Surakarta berhasil pula dikuasai.
Tak
lama sesudah berhasil didudukinya posisi tentara KNIL di Lembang, maka pada
tanggal 7 Maret 1942, psukan-pasukan Belanda di sekitar Bandung meminta
penyerahan lokal dari pihak Belanda ini kepada Jenderal Imamura tetapi
tuntutannya adalah penyerahan total daripada semua pasukan Serikat di Jawa (dan
bagian Indonesia lainnya). Jika pihak Belanda tidak mengindahkan ultimatum
Jepang, maka Kota Bandung akan di bom dari udara Jenderal Imamura pun
mengajukan tuntutan lainnya agar Gubernur Jenderal Belanda turut dalam
perundingan di Kalijati yang diadakan selambat-lambatnya pada hari berikutnya.
Jika tuntutan ini dilanggar, pemboman atas Kota Bandung dari udara akan segera
dilaksanakan. Akhirnya pihak Belanda memenuhi tuntutan Jepang dan keesokan
harinya, baik Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer maupun
Panglima Tentara Hindia Belanda serta beebrapa pejabat tinggi militer dan
seorang penerjemah pergi ke Kalijati. Di sana mereka kemudian berhadapan dengan
Letnan Jenderal Imamura yang datang dari Batavia (Jakarta). Hasil pertemuan antara
kedua belah pihak adalah kapitulasi tanpa syarat Angkatan Perang Hindia Belanda
kepada Jepang.
Dengan penyerahan tanpa
syarat oleh Letnan Jenderal H. Terpoorten, Panglima Angkatan Perang Hindia
Belanda atas nama Angkutan Perang Serikat di Indonesia kepada tentara ekspedisi
Jepang di bawah Pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura pada tanggal 8 Maret
1942, berakhirlah peemrintahan Hindia Belanda di Indonesia dan dengan resmi
mulailah kekuatan pendudukan Jepang di Indonesia.
3.4
Perlawanan Indonesia Terhadap Penjajahan Jepang
Pada
masa pendudukan Jepang, para pemimpin perjuangan bangsa Indonesia bersikap
hati-hati. Hal ini dikarenakan pemerintah pendudukan Jepang sangat kejam,
menyiksa bahkan membunuh terhadap siapa saja yang terang-terangan menentang
Jepang. Semua organisasi kebangsaan yang telah ada sejak penjajahan Belanda
dibubarkan. Para pemimpin pergerakan kebangsaan selalu dicurigai dan diawasi
dengan ketat. Hal tersebut disebabkan karena sebelum Jepang masuk ke Indonesia
telah mengirimkan mata-mata sehingga memiliki data yang lengkap keadaan politik
di Indonesia. Menghadapi keadaan yang serba sulit maka para pemimpin bangsa
Indonesia berjuang dengan menyesuaikan situasi dan kondisi. Mereka tidak
kehilangan semangat perjuangan. Dengan taktik kooperasi para pemimpin dapat membela
nasib rakyat dan memanfaatkan kebijaksanaan pemerintah Jepang untuk kepentingan
nasional. Namun ada pula yang mengadakan gerakan bawah tanah atau ilegal maupun
dengan perlawanan bersenjata. Semua itu adalah mempunyai cita-cita yang sama
yakni mewujudkan Indonesia merdeka.
Perlawanan bangsa Indonesia terhadap Jepang dengan cara memanfaatkan
organisasi buatan Jepang seperti PUTERA dan perjuangan meelalui organisasi
Islam Majelis Islam A’la Indonesia. Pada akhir tahun 1943 di Bogor
didirikan Renseitai (Satuan
Pendidikan Perwira). Dari catatan Jepang, dapat diketahui berapa jumlah anggota
Peta yang mendapat pendidikan militer. Sampai bulan November 1944 tercatat
kekuatan Peta di Jawa sebanyak 33.000 orang dan di Bali 1.500 orang. Di
Sumatera telah dilatih sebanyak 6.000 Gyugun.
Tahun 1945, seluruh kekuatan Peta
mencapai 66 batalyon di Jawa dan 3 batalyon di Bali. Selain itu masih terdapat
sekitar 25.000 prajurit Heiho.
Apabila dalam struktur komando Peta, semua perwira adalah orang Indonesia,
dalam Heiho, seluruh perwiranya
adalah orang Jepang. Pangkat tertinggi orang Indonesia dalam Heiho adalah sersan.
Latihan militer yang diperoleh para pemuda ini hanya dengan
memakai bambu runcing. Kelompok-kelompok ini dipersiapkan sebagai pendukung
Peta, Heiho dan gyugun, sedangkan Keibodan
diperbantukan kepada kepolisian untuk menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat.
Jepang sendiri kemudian menyatakan menyerah tanpa syarat
kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945, namun kapitulasi Jepang secara resmi
ditandatangani tanggal 2 September 1945, pukul 09.04, di atas kapal perang AS
Missouri, di teluk Tokyo. Serah terima dari tentara Jepang di Asia Tenggara
dilaksanakan di Singapura pada tanggal 12 September 1945, pukul 03.41 GMT.
Admiral Lord Louis Mountbatten, Supreme
Commander South East Asia Command, mewakili Sekutu, sedangkan Jepang
diwakili oleh Letnan Jenderal Seishiro Itagaki, yang mewakili Marsekal Hisaichi
Terauchi, Panglima Tertinggi Balatentara Kekaisaran Jepang untuk Wilayah
Selatan.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kedatangan
bangsa jepang ke Indonesia Awal mula ekspansi Jepang ke Indonesia didasari oleh
kebutuhan Jepang akan minyak bumi untuk keperluan perang. Menipisnya persediaan
minyak bumi yang dimiliki oleh Jepang untuk keperluan perang ditambah pula
tekanan dari pihak Amerika yang melarang ekspor minyak bumi ke Jepang. Langkah
ini kemudian diikuti oleh Inggris dan Belanda. Keadaan ini akhirnya mendorong
Jepang mencari sumber minyak buminya sendiri.
Pada tanggal 1 Maret 1942, sebelum matahari terbit,
Jepang mulai mendarat di tiga tempat di Pulau Jawa, yaitu di Banten, Indramayu,
dan Rembang, masing-masing dengan kekuatan lebih kurang satu divisi. Pada
awalnya, misi utama pendaratan Jepang adalah mencari bahan-bahan keperluan
perang. Pendaratan ini nyatanya disambut dengan antusias oleh rakyat Indonesia
karena dengan segala janji dan kebohongan yang diberikan kepada orang Indonesia
yang berjanji akan membantu memerdekakan Indonesia dari jajahan Belanda. Dan
ternyata semua itu hanyalah taktik Jepang saja untuk menguasai Indonesia.
3.2
Saran
Demikian makalah kedatangan Jepang ke Pulau Jawa ini yang penulis buat, mudah-mudahan dengan
adanya makalah ini dapat berguna untuk semua yang membacanya, terutama penulis.
Kritik dan saran sangat dibutuhkan, karena dengan kritik dan saran tersebut
dapat membangun penulis agar didalam membuat makalah berikutnya lebih baik lagi.
[1] Imperialisme
adalah suatu sistem penjajahan langsung suatu negara terhadap negara lain. Ada
dua jenis imperialisme yaitu imperialisme kuno dan modern. Imperialisme modern
berlangsung setelah revolusi industri berkembang pesat. Latar belakang dari
imperialisme modern adalah keinginan negara penjajah mengembangkan ekonominya.
Lihat: Samekto, 1982, Ikhtisar Sejarah
Bangsa Inggris, Jakarta: Sastra Hudaya, hal. 232-233.
[2] Cahyo Budi Utomo,
1995, Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia dari Kebangkitan hingga
Kemerdekaan, Semarang: IKIP Semarang Press, hal. 177.
[3] Mestika Zed, 2003,
Kepialangan Politik dan Revolusi Palembang 1900-1950, Jakarta: Pustaka
LP3ES, hal. 228.